Home » » Laporan kerja praktek % losses separator

Laporan kerja praktek % losses separator

Written By Unknown on Minggu, 07 April 2013 | Minggu, April 07, 2013



BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar didunia. Komoditas ini menjadi salah satu penggerak utama, pemicu dan pemacu ekonomi Indonesia (repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20773/4, 2011). Oleh karena itu, perluasan lahan perkebunan kelapa sawit terus meningkat dari tahun ke tahun, karena kelapa sawit merupakan sumber daya alam yang dapat memberikan keuntungan yang menjanjikan. Sejumlah pabrik dengan kapasitas produksi minyak sawit CPO (Crude Palm Oil) tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang banyak dikelola oleh perusahaan-perusahaan besar baik pemerintah maupun swasta. Bahkan masyarakat banyak menanam kelapa sawit secara kecil-kecilan. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit sangat cocok tumbuh di Indonesia (assyifahrefnaregar.wordpress.com, 2012).
Kelapa sawit bukan tanaman asli Indonesia, namun kenyataannya mampu hadir tumbuh dan berkembang dengan baik, dan produk olahan minyak sawit menjadi salah satu komoditas perkebunan yang handal di Indonesia (repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18606/3, 2011).
Luas dan produksi kelapa sawit di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Data mengenai perkembangan luas perkebunan kelapa sawit dan produksi minyak sawit (CPO) Indonesia tahun 2002-2010 tercantum pada Tabel 1.1.




Tabel 1.1Luas Areal Perkebunan Sawit dan Produksi CPO Indonesia
Tahun    Luas Areal (Ha)    Produksi CPO (ton)
2002    5.067.058    9.622.345

2003    5.283.557    10.440.834

2004    5.284.723    10.830.389

2005    5.453.817    11.861.615

2006    6.594.914    17.350.848

2007    6.766.836    17.664.725

2008    7.363.847    17.539.788

2009    7.508.023    18.640.881

2010    7.824.623    19.844.901

Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan, 2010.
Dari data tersebut diatas, dapat di lihat bahwa setiap tahun dari tahun 2002 sampai tahun 2010 produksi kelapa sawit di Indonesia semakin meningkat. Untuk itu maka dapat diperkirakan bahwa perkebunan kelapa sawit di Indonesia akan semakin meningkat untuk tahun yang akan datang.

1.2     Sejarah Singkat Pengembangan Pabrik PTPN V
Saat ini terdapat 116 pabrik kelapa sawit yang beroperasi di Riau sebagai penunjang produksi CPO termasuk BUMN atas nama PT. Perkebunan Nusantara V(PTPN V). PTPN V merupakan BUMN perkebunan yang didirikan tanggal 11 maret 1996 sebagai hasil konsolidasi pengembangan kebun PTP II, PTP IV, dan PTP V di Provinsi Riau. PT. Perkebunan Nusantara V (Persero) adalah sebuah badan usaha milik negara BUMN, yang  didirikan pada tanggal 14 Februari 1996  berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1996, dan disahkan oleh Notaris Harun Kamil SH melalui Akta No. 38 tanggal 11 Maret 1996 dan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. C2-8333.HT.01.01 tahun 1996 tanggal 8 Agustus 1996.

PTPN-V (Persero) berkantor pusat di Jalan Rambutan Nomor 43 Pekanbaru, Riau. PTPN-V (Persero) mengelola kebun inti kelapa sawit seluas 65.831 hektar dan kebun karet   11.506 hektar. PTPN-V (Persero) juga mengelola kebun plasma kelapa sawit seluas 56.665 hektar dan karet 17.861 hektar.
Produksi PTPN-V (Persero) didukung oleh 12 unit Pabrik Kelapa Sawit yang memproduksi Crude Palm Oil  (CPO) dan Palm Kernel (PK) , 1 Unit pabrik Kernel yang memproduksi Palm Kernel Oil ( PKO ) serta 2 unit Pabrik Crumb Rubber dan 2 unit Pabrik Sheet yang memproduksi RSS dan SIR.
1.    VISI PTPN V (PERSERO)
MENJADI PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG TANGGUH, MAMPU TUMBUH DAN BERKEMBANG DALAM PERSAINGAN GLOBAL
2.    MISI PTPNV (PERSERO)
MENGELOLA AGROINDUSTRI KELAPA SAWIT DAN KARET SECARA EFISIEN BERSAMA MITRA, UNTUK KEPENTINGAN STAKEHOLDERS,  BERWAWASAN LINGKUNGAN, BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN MENCIPTAKAN NILAI TAMBAH PERUSAHAAN SECARA BERKELANJUTAN.
PKS Sei Pagar berdiri pada tahun 1995 yang berlokasi di Desa Hang Tuah, Kecamatan Perhentian Raja, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau. PKS ini mempunyai kapasitas produksi terpasang 30 ton TBS/jam yang mengolah bahan baku dari Kebun Inti (Kebun Sei Pagar), plasma dan pihak ketiga (titip olah TBS dan pembelian TBS oleh Manajemen PTPN-V (Persero).Karyawan PKS Sei Pagar  terdiri dari 2 komposisi, yaitu karyawan pimpinan (karpim) untuk jabatan Manajer PKS hingga Asisten dan karyawan pelaksanan (karpel) untuk jabatan di bawah Asisten.  PKS memberlakukan sistem kerja 2 shift pada proses pengolahan (produksi).



1.3    Batasan Masalah
    Dalam proses pengolahan sawit menjadi crude palm oil (CPO) dan inti sawit (kernel). Kehilangan minyak (oil losses) merupakan komponen penting yang harus diperhatikan. Jika losses terlalu tinggi maka hal tersebut dapat menyebabkan kerugian pada perusahaan.
1.4    Tujuan Kerja Praktek
    Tujuan diadakan KerjaPraktek ini adalah sebagai berikut :
1.    Melihat secara langsung alat-alat dan stasiun unit serta proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO yang ada pada PTPN V Sei Pagar.
2.    Membandingkan ilmu yang didapatkan dari mata kuliah dengan keadaan pabrik yang sebenarnya.
3.    Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau.
1.5    Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Kerja Praktek ini dilaksanakan di Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara V PKS Sei Pagar dan waktu pelaksanaannya terhitung dari bulan Maret s/d April.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) semula berasal dari Guninea di pesisirkan Afrika Barat, kemudian diperkenalkan kebagian Afrika yang lainnya, Asia tenggara dan Amerika Latin. Pada awalnya kelapa sawit di Indonesia sekedar berperan sebagai tanaman hias langka di kebun Raya Bogor.
Dalam klasifikasi tanaman, kelapa sawit dapat digolongkan kedalam:
Philum    : Angiospermae
Subphilum    : Monocotil
Divisio    : Palmales
Family     : Palmaceae
Subfamily     : Palminae
Genus     : Elaeis
Spesis    : Guineneensis

Bagian-bagian yang terpenting dari kelapa sawit adalah sebagai berikut:
a.    Mesocarp (Daging buah)
Mesocarp terdiri dari serabut dan daging buah. Serabut terdiri dari tenunan-tenunan serat yang keras dan sel-selnya terdapat tenunan sel yang lunak dan buah yang masak mengandung minyak.
b.    Endocarp (tempurung atau cangkang)
Pada buah masak, tempurung ini tebal dan keras sekali. Tempurung(cangkang) dapat digunakan sebagai bahan bakar atau pengeras jalan-jalan kebun dan belakangan ini dapat diolah menjadi“Activated carbon” yang sangat berguna untuk mengatasi polusi udara.

c.    Kernel (Inti)
Bagian ini terletak disebelah dalam tempurung. Dalam satu buah terdapat satu biji yang mengandung inti. Inti ini mengandung minyak yang warnanya jernih, dan kualitas minyak inti lebih jika dibandingkan dengan kualitas minyak daging buah. Hanya saja kandungan minyaknya lebih sedikit disbanding dengan kandungan minyak daging buah. Minyak inti sawit sangat baik digunakan dalam industri, misalnya industri pembuatan minyak margarin.
Bagian-bagian dari buah kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut (repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18606/3, 2011):

   Mesocarp

    Endocarp  
                                Kernel






Gambar 2.1 Bagian-bagian Buah kelapa Sawit







2.2    Varietas dan Bagian dari  Tanaman  Kelapa Sawit
    Varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal dibedakan berdasarkan daging buah, tebal tempurung dan juga warna kulit buah.
2.2.1    Pembagian Varietas Berdasarkan Ketebalan Daging Buah dan Tempurung
Berdasarkan ketebalan cangkang dan daging buah, kelapa sawit dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut (puputwawan.wordpress.com, 2011) :
1.    Dura, Buah dengan cangkang cukup tebal antara 2,0 – 5,0 mm dan tidak terdapat lingkaran pada bagian luar cangkang. Daging buah relatif tipis dengan perbandingan daging buah terhadap buah antara 20% – 65%. Sedangkan kernel berukuran besar tetapi kandungan minyaknya rendah.
2.    Pisifera, Buah dengan cangkang tipis (bahkan hampir tidak ada) sedangkan daging buahnya tebal. Perbandingan daging buah terhadap buah cukup tinggi. Kernel berukuran kecil dengan kandungan minyak yang rendah. Jenis Pisifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain. Varitas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga betina gugur pada fase dini.
3.    Tenera, Buah yang memiliki sifat-sifat yang berasal dari Dura dan Pisifera. Cangkang tipis dengan ketebalan antara 1,0 – 2,5 mm dan terdapat lingkaran sabut disekelilingnya. Perbandingan daging buah terhadap buah cukup tinggi antara 60% – 90%. Tandan buah yang dihasilkan varitas Tenera lebih banyak daripada varitas Dura dan Pisifera tetapi ukuran tandanya relatif lebih kecil.
Saat ini sawit yang banyak dibudidayakan oleh pemilik perkebunan adalah varietas tenera (persilangan varietas, dura, dan pisifera) karena varietas ini memiliki keunggulan yaitu daging buah cukup tebal sedangkan cangkang tipis.


2.2.2    Pembagian Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah
Berdasarkan warna buah, kelapa sawit dibagi atas tiga jenis (repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34101/2, 2011), yaitu:
1.    Nigrescens, Buah berwarna ungu dan sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga kehitam-hitaman pada waktu masak. Varietas ini banyak ditanam di perkebunan.
2.    Albescens, Pada waktu muda buahnya berwarna hijau dan ketika masak warna buah berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijauan. Varietas ini jarang dijumpai di lapangan.
3.    Virescens, Pada waktu muda buah berwarna keputih-putihan, sedangkan setelah masak menjadi kekuning-kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitaman. Varietas ini juga jarang dijumpai.

2.3    Komposisi Minyak  Kelapa Sawit
Sebagai minyak atau lemak,minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Minyak sawit berwarna merah jingga karena kandungan karotenoida. Dalam keadaan segar dan kadar asam lemak bebas yang rendah,bau dan rasanya cukup enak.
Minyak sawit terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak yang berbeda-beda. Panjang rantainya antara 14-20 atom karbon. Dengan demikian sifat minyak sawit ditentukan oleh perbandingan dan komposisi trigliserida tersebut.( repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18606/3, 2011)




Komponen penyusun minyak sawit terdiri dari asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Rata-rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Sawit
Asam Lemak    Rumus Molekul    Minyak sawit (%)    Minyak inti sawit (%)
Asam kaproat    C6H12O2    0,2 – 0,8    0 – 1
Asam Keprilat    C8H16O2    6,0 – 9,0    3 – 5
Asam laurat    C12H24O2    46,0 – 50,0    44 – 51
Asam miristat    C14H28O2    17,0 – 19,0    15 – 17
Asam palmitat    C16H32O2      8 – 10      7 – 10
Asam stearat    C18H36O2    2 – 3    2 – 3
Asam oleat    C18H34O2    5 – 7    12 – 19
Asam linoleat    C18H32O2    1 – 2,5    1 – 2
Sumber : Hui.Y.H, 1996
2.4.     Sifat Fisika dan Kimia Minyak Sawit
2.4.1.      Sifat Fisika Minyak Sawit
A.    Kelarutan
Suatu zat dapat larut dalam pelarut jika mempunyai nilai polaritas yang sama, yaitu zat polar dapat larut dalam pelarut bersifat polar dan tidak larut dalam pelarut nonpolar. Minyak dan lemak tidak larut dalam air, kecuali minyak jarak. Minyak dan lemak hanya sedikit larut dalam alkohol, tetapi akan melarut sempurna dalam etil ester, karbon disulfida dan pelarut-pelarut halogen. Ketiga jenis pelarut ini memiliki sifat non polar sebagaimana halnya minyak dan lemak netral. Asam-asam lemak yang berantai pendek dapat larut dalam air, semakin panjang rantai asam-asam lemak maka kelarutannya dalam air semakin berkurang. (Ketaren.S, 2005)

B.    Titik didih (Boiling point)
Titik didih dari asam lemak akan semakin meningkat dengan bertambah panjangnya rantai karbonnya yang mempunyai nilai titik didih 1070C-2400C. (Ketaren.S, 2005).
C.    Viskositas
Viskositas minyak akan naik dengan naiknya berat molekul dan turun dengan peningkatan ketidak jenuhan serta kenaikan temperatur. Dengan nilai viskositas minyak adalah sebagai berikut:
Viskositas :
-    500C    : 27 Ns/m2
-    700C    : 14 Ns/m2
-    1000C    : 8 Ns/m2   (arieyoedo.blogspot.com, 2011).
D.    Titik Cair (Shot Melting Point)
Shot melting point adalah temperatur pada saat terjadi tetesan pertama dari minyak atau lemak, nilai titi cair awal  210C-240C dan titk cair akhir 260C-290C. Pada umumnya minyak atau minyak mengandung komponen-komponen yang berpengaruh terhadap titik cairnya. Bila mengandung asam lemak jenuh yang relatif besar, maka minyak atau lemak tersebut akan mempunyai titik cair yang tinggi. Bila titik cair dari trigliserida sederhana yang murni ditentukan, akan dijumpai bahwa semakin panjang rantai karbon dari asam-asam lemaknya, maka titik cairnya pun akan semakin tinggi (Ketaren.S, 2005).







2.4.2.      Sifat Kimia Minyak Sawit
Sifat-sifat Kimia CPO meliputi beberapa reaksi penting, antara lain (repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18606/3, 2011) :

1.    Hidrolisa
    Pada reaksi hidrolisa minyak dan lemak diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pada minyak dan lemak. Hal ini terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak dan lemak sehingga mengakibatkan ketengikan hidrolisa yang menghasilkan flavour dan bau tengik.
Reaksi hidrolisa (unri.ac.id/jurnal, 2003):
        
2.    Oksidasi
    Reaksi oksidasi yaitu terjadinya kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak dan lemak, hal ini menyeababkan bau tengik pada minyak dan lemak. Ketengikan biasanya terjadi karena proses oksidasi oleh oksigen udara terhadap asam lemak tak jenuh, reaksi terjadi pada suhu yang tinggi.




3.    Esterifikasi   
Proses esterifkasi yang bertujuan untuk mengubah asam asam lemak dari trigliserida dalam bentuk ester. Reaksi ini dilakukan melalui reaksi kimia yang disebut intererifikasi yaitu pertukaran ester yang didasarkan atas prinsip transesterifikasi friedel-craft.
Sifat kimia minyak sawit yaitu (Ketaren.S, 2005):
Bilangan penyabunan    : 224 – 249
Bilangan iod    : 14,5 – 19,0
Bilangan Reichert Meissl    : 5,2 – 6,5
Bilangan Polonske    : 9,7 – 10,7
Bilangan Krichner    : 0,8 – 1,2
Bilangan Bartya        : 33

2.5.     Pemanfaatan Minyak Sawit
Manfaat minyak sawit diantaranya sebagai bahan baku untuk industri pangan dan industri non pangan (repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/ 34101/2, 2011).
1.    Minyak Sawit Untuk industri Pangan
Minyak sawit yang digunakan sebagai produk pangan dihasilkan dari minyak sawit maupun minyak inti sawit melalui proses fraksinasi, rafinasi, dan hidrogenesis. Produksi CPO Indonesia sebagian besar difraksinasi sehingga dihasilkan fraksiolein cair dan fraksi stearin padat. Fraksi olein  digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestic sebagai pelengkap minyak goreng dari minyak kelapa.


Sebagai bahan baku untuk minyak makan, minyak sawit antara lain digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarin, butter, vanaspati, shortening dan bahan untuk membuat kue-kue. Sebagai bahan pangan, minyak sawit memiliki beberapa keunggulan dibandingkan minyak goreng lain, antara lain mengandung karoten yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker dan tokoferol  sebagai sumber vitamin E. Di samping itu, kandungan asam oleat dan linolenatnya rendah sehingga minyak goreng yang terbuat dari buah sawit memiliki kemantapan kalor (beat stability) yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi.
2.    Minyak Sawit Untuk Industri Non pangan.
Minyak sawit mempunyai potensi yang cukup besar untuk digunakan di industri-industri nonpangan, industri farmasi, dan industry oleokimia (fatty acids, fatty alcohol, dan glycerine). Oleokimia adalah bahan baku industri yang diperoleh dari minyak nabati, termasuk di antaranya adalah minyak sawit dan minyak inti sawit. Oleokimia juga digunakan dalam pembuatan bahan detergen. Produk non pangan dihasilkan dari minyak sawit dan minyak inti sawit diproses melalui proses hidrolisis (splitting) untuk menghasilkan asam lemak dan gliserin.









BAB III
DESKRIPSI PROSES

3.1    Deskripsi Proses
    Pengolahan buah kelapa sawit merupakan salah satu faktor yang menetukan keberhasilan usaha perkebunan sawit. Efisiensi ekstraksi dan kualitas produksi pada pengolahan sawit sangat berpengaruh terhadap rendemen yang dihasilkan. Dengan menjaga efisiensi ekstraksi, maka minyak yang hilang selama proses pengolahan dapat diminimalisir. Sedangkan dengan menjaga kualitas produksi dapat meningkatkan daya saing pasaran (repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/27811/4, 20II).
Stasiun proses pengolahan kelapa sawit yaitu :
1.    Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reception Station)
2.    Stasiun Perebusan (Sterilization Station)
3.    Stasiun Bantingan (Threshing Station)
4.    Stasiun Pengempaan (Press Station)
5.    Stasiun Klarifikasi (Clarification Station)
6.    Stasiun Pengolahan Kernel (Kernel Processing Station)

3.2      Proses dan Instrumentasi
3.2.1    Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reception Station)
    Didalam pabrik kelapa sawit sangat dibutuhkan timbangan yang berfungsi untuk menimbang bahan baku (TBS) dan juga hasil produksi pabrik seperti crude palm oil (CPO), cangkang, kernel, dan tankos (tandan kosong) selain itu untuk perhitungan premi panen dan premi pengolahan pabrik.



    TBS dengan truk kemudian ditimbang pada Weight Bridge dengan tujuan untuk mengetahui berat sewaktu berisi (Bruto). Setelah Tandan TBS dibongkar di loading ramp maka truk kosong tersebut ditimbang lagi untuk mengetahui berat tara.
Besarnya % potongan ditentukan dengan perkiraan petugas sortasi saja. Jembatan timbang yang digunakan di pabrik PTPN V PKS Sei Pagar telah menggunakan sistem digital dengan basis komputer. Pengimputan data dilakukan dengan menggunakan sistem komputer. Sehingga persen kesalahan jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan menggunakan timbangan manual.

Gambar 3.1 Sistem Komputer Pada Timbangan Digital


    Sebelum dimuat ke dalam loading ramp, TBS harus disortasi terlebih dahulu. Sortasi adalah suatu kegiatan pengamatan yang bertujuan untuk mengelompokkan mutu buah yang diterima PKS. Buah yang memiliki mutu yang baik adalah buah yang memiliki fraksi 1, 2 dan 3 dikarnakan buah sudah matang dan membrondol sesuai dengan fraksi masing-masing, dimana untuk kriteria matang buah kelapa sawit didasarkan pada Surat Pedoman (SPED) No.06/05.D2/VII/2002 dapat dilihat pada table berikut 3.1:

Tabel 3.1. Kriteria Matang Panen Buah Kelapa Sawit PTPN V Sei Pagar
NO    Kriteria    Persentase
1    Buah Mentah    0
2    Buah Matang    100
3    Buah Afkir/Busuk/tangkos    0

Buah mentah adalah:
    Tandan buah segar (TBS) yang belum membrondol sama sekali.
    TBS yang belum membrondol namun karena sengaja di peram akhirnya membrondol (tidak normal berwarna hitam).
    Fraksi 00 sesuai No. 01.SPD/05.01/IX/2001 tanggal 28 september 2001.
Buah matang adalah:
    TBS  yang telah membrondol secara alami sebelum di panen.
    TBS berwarna merah jingga hingga merah hati.
    Fraksi 0 sampai dengan fraksi 5 sesuai SPED 01.SPD/05.D1/05.01/IX/2001
Buah afkir/busuk/tankos adalah:
    Tandan yang baru dipanen namun tangkai tandan membusuk dan buah lapisan dalam dominan telah membrondol.
    TBS  yang sisa di lapangan  dan akhirnya tangkai tandan membusuk.
    Fraksi 6 sesuai SPED 01.SPD/05.D1/05.01/IX/2001 tanggal 28 September 2001.





Adapun  hubungan antara kematangan panen dengan rendemen minyak dan ALB dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2. Hubungan Antara Kematengan Buah Panen Dengan Rendemen Minyak dan ALB
No    Kematangan Panen    Rendemen Minyak (%)    Kadar ALB (%)
1    Buah Mentah    14-18    1,6-2,6
2    Agak Matang    19-25    1,7-3,3
3    Buah Matang    24-30    1,8-4,9
4    Buah Lewat Matang    28-31    3,6-6,1
Sumber: Baihaki, pengolahan limbah cair PKS Sei Pagar (2011)

TBS yang diterima di pabrik PTPN V PKS Sei Pagar berasal dari 4 sumber sebagai berikut:
1.    Kebun Inti ( milik perusahaan)
2.    Kebun Plasma ( Kebun rakyat binaan pemerintah)
3.    Kebun KKPA
4.    Kebun Pembelian.









TBS yang tidak sesuai kriteria sortiran akan dikembalikan ke truk pengangkut dan akan ditentukan besar % potongannya. Adapun kriteria TBS yang dikembalikan adalah sebagai berikut :
1.    Berat dibawah 3 kg.
2.    Buah masih mentah.
3.    Batang TBS besar.
Selain itu besar % potongan juga digunakan jika terlalu banyak air dan pasir yang menempel pada TBS.
 
      (a)                              (b)
Gambar 3.2 Buah Kelapa Sawit Yang Termasuk Kriteria Sortasi
(a)    tandan yang memiliki buah sedikit; (b) tandan yang mentah

TBS yang telah disortir selanjutnya akan masuk ke loading ramp. Loading ramp adalah tempat penimbunan sementara dan tempat pemindahan TBS ke lori. Loading ramp ini dibuat dengan kemiringan 45 derajat dan dipasangi pintu untuk menahan TBS yang ditampung. Jika ingin memasukkan TBS ke lori, pintu akan dibuka dan TBS meluncur masuk kedalam lori. TBS yang dimasukkan kedalam lori disusun oleh petugas agar susunan TBS sempurna.

Gambar 3.3 Loading Ramp
    TBS yang ditimbun di loading ramp akan dimasukkan  lori selanjutnya dibawa menuju stasiun perebusan. Lori adalah wadah yang digunakan untuk membawa TBS dari loading ramp ke sterilizer. Dinding lori dibuat berlubang agar uap dapat masuk melalui celah-celah TBS sehingga perebusan dapat berlangsung secara merata. Kapasitas terpasang TBS masing-masing lori adalah sebanyak ± 2.5 ton.


Gambar 3.4 TBS yang diangkut menggunakan Lori


3.2.2    Stasiun Perebusan (Sterilization Station)
Lori yang telah penuh berisi buah sawit dan tersusun sempurna, kemudian dimasukkan kedalam sterilizer (perebusan). Pintu sterilizer ditutup rapat-rapat dan dikunci dengan menggunakan handel, sehingga kemungkinan terbuka saat proses tidak terjadi. Pada stasiun ini memiliki fungsi yaitu merebus TBS dengan menggunakan uap panas ( steam ). Pada prinsipnya alat ini bekerja dengan sitem injeksi steam, Sebagian steam yang telah di injeksi akan masuk melewati lubang kecil yang ada di dibagian lori, agar proses perebusan dapat berjalan sesuai yang di inginkan.

Gambar 3.5 Sterilizer
    Kapasitas sterilizer adalah sebanyak 8 lori dalam sekali perebusan sehingga kapasitas terpasang  adalah 30 ton. Lama pemasakannya 100-110 menit dengan suhu 130⁰C - 135⁰C. Di pabrik PTPN V PKS Sei Pagar terdapat 3 sterilizer yang berfungsi, sehingga perjamnya dapat merebus  30 ton/jam TBS. Dalam sistem perebusan tidak boleh ada udara yang terkurung di dalam sterilizer. Untuk menghilangkan udara yang masuk dilakukan proses daerasi saat awal proses perebusan.



Adapun tujuan perebusan adalah (setiono-sawit-web.blogspot.com, 2010):
1.    Menghentikan perkembangan asam lemak bebas (ALB).
2.    Memudahkan melepaskan buah dari tandan pada waktu pembantingan.
3.    Melunakkan buah sehingga daging buah mudah lepas dari biji sewaktu pengepresan.
4.    Mengurangi kadar air dalam buah agar perbandingannya terhadap minyak lebih baik.    
5.    Memudahkan lepasnya inti dari cangkang.
6.    Untuk mempermudah proses pemecahan cangkang.

Sistem perebusan di pabrik PTPN V PKS Sei Pagar adalah sistem Triple Peak (tiga puncak). Adapun metode triple pick, yang dimaksud adalah  tiga kali pemasukan steam kedalam sterilizer dan tiga kali pembuangan steam. Pada stelirizer proses yang terjadi pada setiap puncaknya adalah:

Gambar 3.6 Gambar grafik triple pick
a.    Puncak pertama pada tekanan 1,5-1,8 kg dalam waktu 10 menit.
1.    Membuang udara yang terperangkap pada sterilizer
2.    Mengurangi keaktifan (aktifitas) enzim asam lemak bebas.
b.    Puncak kedua 2-2,8 kg dalam waktu 15 menit.
1.    Mengurangi kadar air pada TBS
2.    Proses awal sterilisasi
c.    Puncak ketiga adalah masa tahan sampai mencapai tekanan 3 kg dalam waktu 75 menit.
1.    Proses sterilisasi sempurna
2.    Melekangkan antara cangkang dengan inti supaya tidak menyatu untuk memudahkan pemecahan nut.
 Steam yang diinjeksikan pertama sebesar 1,5 kg – 1,8 kg kemudian dibuang. Steam kemudian diinjeksikan kembali sebesar 2 kg – 2,8 kg dan kemudian dibuang. Selanjutnya diinjeksikan 2,8 kg - 3 kg dan dijaga konstan hingga selesai proses perebusan. Penggunaan sistem ini lebih efektif dalam proses pemasakan buah hingga kedalam kernel pada buah bagian dalam.
Standar hasil rebusan di pabrik PTPN V PKS Sei Pagar adalah didapatkan 88% tandan rebus dan 12% air kondensat, dengan rincian 66% brondolan dan 22% janjangan kosong. Selama proses perebusan, kadar air dalam TBS akan berkurang karena proses penguapan. Dengan berkurangnya air, susunan daging TBS (pericarp) berubah. Perubahan tersebut memberikan efek positif, yaitu mempermudah pengambilan minyak selama proses pengempaan dan mempermudah pemisahan minyak dari zat non lemak. Dalam menghitung kapasitas perebusan pada sterilizer adalah:

Kap.olah =  J.lori x J. Rebsuan  x Kap.lori x 60 menit       
            Waktu rebus

3.2.3    Stasiun Bantingan (Threshing Station)
Stasiun threshing merupakan stasiun yang berfungsi untuk memisahkan berondolan buah dari tandannya . Pada prinsipnya alat ini bekerja dengan gaya sentrifugal yaitu dengan kecepatan putaran 23 rpm. Cara kerja pada  Stasiun ini di bantu  dari beberapa peralatan yaitu :
1.    Hosting Crane
    Alat ini berfungsi untuk mengangkat/menurunkan lori berisi buah masak ke /dari automatic feeder. Di PTPN V Sei Pagar daya Hosting Crane adalah 5 ton.

Gambar 3.6 Lori Yang Diangkut Dengan Menggunakan Hosting Crane
2.    Auto Feeder
    Auto Feeder digunakan sebagai alat transfer untuk mengatur buah masak ke dalam thresher.


Gambar 3.7 Auto Feeder
3.    Thresher
Thresher atau rotary drum threshing digunakan untuk memisahkan brondolan buah dari tandan atau janjangannya dengan sistem banting. Pelepasan brondolan dari tandan terjadi karena adanya gaya berat tandan dan gaya sentrifugal  rotary drum threshing dengan kecepatan putar 23 rpm – 25 rpm dengan kapasitas 30 – 40 ton/jam. Bila rpm tidak seimbang dengan jumlah pengumpanan dari auto feeder misalnya rpm terlalu lambat atau terlalu cepat, maka hal ini mengakibatkan kerugian, seperti berikut:
•    rpm terlalu cepat berakibat kapasitas/throughput lebih tercapai tetapi loss brondolan (oil dan kernel) loss akan tinggi meskipun perlakuan disterilizer sudah baik, karena waktu pemipilan tidak optimal.
•    rpm terlalu lambat  berakibat waktu pemipilan terlalu panjang sehingga cenderung menyebabkan oil  loss tinggi pada empty bunch stalk, bahkan dapat menyebabkan kemacetan dan keausan pada peralatan lebih cepat.



          Kecepatan drum thresher dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :



                                               40    x      (D  -  d)  / 2
N         =          ---------------------------------
                                                                       (D  -  d)

dimana :           N = rpm Threshing
                         D = diameter luar drum
                         d = diameter TBS terkecil
Brondolan akan jatuh ke bottom conveyor dan dibawa ke fruit elevator untuk dinaikkan ke fruit distributing conveyor sebagai pembagi atau pengarah untuk masuk ke digester. Sedangkan janjangan kosong yang sudah tidak mengandung buah diangkut oleh horizontal empty bunch conveyor menuju ke incenerator untuk proses pembakaran hingga menjadi abu.
Di pabrik PTPN V PKS Sei Pagar proses threshing dilakukan 2 kali. Jika ada brondolan yang belum lepas, maka akan masuk ke double threser.


Gambar 3.8 Rotary Drum Threshing

3.2.4     Stasiun Pengempaan (Press Station)
    Stasiun press merupakan tempat untuk mengambil minyak dari brondolan. Sebelum brondolan dipress, brondolan yang telah direbus terlebih dahulu dilumat di alat digester. Digester adalah vessel untuk melumatkan buah/brondolan dan dipanasi sampai temperatur 95ºC sehingga memenuhi kondisi untuk di press (teknikpertanianunsri07.blogspot.com, 2012).
Digester juga berfungsi mendorong buah atau brondolan menuju mesin press. Buah yang masuk kedalam digester akan dilumatkan oleh pisau-pisau yang berputar yang ada didalamnya. Di dalam digester terdapat 2 tipe pisau dengan jumlah 6, pisau ke enam sebagai pelempar brondolan untuk masuk ke screw press sedangkan pisau 1-5 sebagai pelumat brondolan, 2 tipe pisau tersebut adalah long arm dan short arm. Long arm berfungsi untuk mencacah brondolan, sedangkan short arm berfungsi untuk melempar.
Kapasitas digester di pabrik PTPN V PKS Sei Pagar sebesar 10 ton/jam dengan suhu 95⁰C, Digester yang beroperasi ada 3 unit. Namun 1 digunakan sebagai cadangan.

Gambar 3.9 Alat Digester
    Setelah buah dilumat di dalam digester dengan suhu 95⁰C maka buah dimasukkan kedalam screw press (alat kempa). Screw press berfungsi sebagai pengempa masa buah sehingga minyak akan terpisah dari biji dan fibre .

Gambar 3.10 Alat Screw Press
Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran screw mendesak bubur buah, sedangkan dari arah berlawanan tertahan oleh adjusting cone. Screw dan adjusting cone  ini berada di dalam sebuah selubung baja yang disebut press cage, dimana dindingnya berlubang-lubang di seluruh permukaannya. Dengan demikian, minyak dari bubur buah yang terdesak ini akan keluar melalui lubang-lubang press cage, sedangkan ampasnya keluar melalui celah antara adjussting cone dan press cage.


Gambar 3.11 Press Cage
    Minyak hasil press selanjutnya masuk ke sand trap tank melalui oil gutter. Sedangkan ampas press akan dikirim ke stasiun pengolahan kernel dengan bantuan CBC (cake breakes conveyor) yang mempunyai fungsi untuk mengeringkan dan memecah gumpalan-gumpalan ampas kempa (supaya mempermudah pemisahan nut dengan fiber) dan membawa ke depericarper.

3.2.5    Stasiun Klarifikasi (Clarification Station)
Stasiun Klarifikasi merupakan tempat untuk memurnikan minyak kasar hasil press. Minyak kasar (crude oil) hasil ekstraksi dari pengempaan masih mengandung kotoran yang terikut, baik berupa padatan (solid) yang termasuk ke dalam lumpur (sludge) maupun air (repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/ 27903/3, 2011). Tujuan dari proses pemurnian ini adalah untuk mendapatkan minyak dengan kualitas sebaik mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga yang layak.


Proses ini dimulai dari masuknya minyak hasil press ke oil gutter sebagai sarana untuk mengantarkan minyak ke Sand trap Tank. Di tangki ini pasir yang terikut pada crude oil akan mengendap. Minyak dari Sandtrap Tank selanjutnya akan disaring di Vibro untuk menyaring kotoran seperti serabut yang terikut saat di press dan tidak terendapkan di Sand trap Tank.
Di pabrik PTPN V PKS Sei Pagar ukuran Vibro yang digunakan 20 – 40 mesh. Minyak yang disaring di Vibro selanjutnya akan di tampung di Crude Oil Tank  dan kotoran hasil penyaringan di vibro akan dibawa oleh buttom confeyor ke screw press untuk di proses lagi. Di Crude Oil Tank minyak akan mengendap dengan suhu 95ºC yang mempunyai kapasitas 10 ton dengan kadar minyak 40 % dan kadar air 20 % sehingga minyak terpisah kembali dari kotoran. Dari Crude Oil Tank selanjutnya minyak akan masuk ke CST (Countinous Settling Tank).
CST yang ada di pabrik PTPN V PKS Sei Pagar memiliki kapasitas 70 ton. Di dalam CST terdapat pengaduk dengan kecepatan 3 rpm dengan suhu 90⁰C - 95⁰C. Untuk memisahkan minyak berdasarkan berat jenisnya, yaitu minyak dengan berat jenis  ringan dan minyak dengan berat jenis lebih besar karna masih mengandung kotoran (sludge tank). Minyak dengan berat jenis  ringan akan ditampung ke Oil Tank dengan bantuan alat talang pengutip (skimmer) dengan suhu 90⁰C - 95⁰C dan kapasitas 25 ton selanjutnya masuk oil purifier untuk proses pemurnian. Di oil purifier proses pemurniannya dengan sistem sentrifugal (putar) dengan kecepatan putar 8000 rpm dan mempunya kapasitas 4000 L/jam.                                    



Setelah proses pemurnian di oil purifier minyak akan di pompakan menuju vacum Drier dengan suhu 85⁰C.  untuk menurunkan kadar air pada minyak sebesar 0,015 %  dan kadar kotoran 0,2 % selanjutnya akan di pompakan ke Storage Tank.
Sludge yang dihasilkan dari CST akan diproses kembali untuk mengutip minyak yang terbuang. Sludge akan dipisahkan di Vibro Single Deck ukuran 30 mesh untuk memisahkan kotoran yang lebih halus. Kemudian sludge akan diproses di Sludge Separator yang memiliki kapasitas 5000-8000 L/jam dengan kecepatan putar 5000 rpm untuk memisahkan minyak dari NOS. NOS merupakan padatan yang tidak mengandung minyak. Pemisahan menggunakan prinsip sentrifugasi dimana air dan Non Oil Solid (NOS) dengan berat jenis yang lebih besar dari minyak akan terlempar kearah dinding bowl dikeluarkan melalui nozzle untuk dialirkan ke Fat fit dengan suhu 60-70⁰ dan kapasitas 200 ton, sedangkan minyak yang keluar melalui saluran yang berbeda akan dialirkan kembali ke sludge drank tank masih mengandung air ± 0,6%.
Di fat fit akan dilakukan pemisahan kembali untuk mendapatkan minyak yang terbuang. Minyak yang terpisah akan dikirim kembali ke sludge drank tank, sedangkan drab buangnya akan tertinggal di  Fat Fit, sedangkan drab akhirnya akan dialirkan ke pembuangan limbah(IPAL).
3.2.6 Stasiun Pengolahan Kernel (Kernel Processing Station)
        Stasiun pengolahan biji adalah stasiun akhir untuk memperoleh inti sawit, yang memiliki fungsi untuk memisahkan campuran ampas (fibre), cangkang (shell) dan inti (kernel).
Dari stasiun press, ampas yang masih bercampur dengan biji di kirim ke stasiun pengolahan inti untuk dipecah, dipisahkan antara serat dan nut, antara inti dan cangkang (www.scribd.com, 2011).
Pada proses awalnya ampas press yang keluar dari screw press terdiri dari serat dan biji yang masih mengandung air yang tinggi dan berbentuk gumpalan. Gumpalan tersebut akan dibawa oleh Cake Breaker Conveyor menuju ke depericarper. Fungsi  cake breakes conveyor berulir ini selain untuk memecah gumpalan juga berguna untuk mempercepat penguapan air sehingga serabut lebih mudah dipisahkan dari nut.
Depericarper adalah suatu tromol tegak dan panjang yang ujungnya terdapat blower penghisap dan fibre cyclone. Fungsi depericarper adalah untuk memisahkan fibre dan nut melalui hisapan blower. Serabut yang telah dipisahkan akan digunakan sebagai bahan baku boiler. Sedangkan nut akan dibawa ke polishing drum untuk memisahkan serabut yang masih menempel pada nuts. Alat ini berbentuk drum berputar dan berlubang. Nut yang telah terlepas dari serabutnya akan jatuh melalui lubang yang ada pada polishing drum dan diangkut dengan nut transport fan menuju nut hopper.


Gambar 3.12 Nut Hopper

    Nut yang tersimpan di nut hopper selanjutnya akan dipecah dengan riple mill yang mempunyai fungsi untuk memecah nut. Pada riple mill  terdapat rotor dan riple plat sebagai pemecah nut. Nut yang terpecah terdiri dari cangkang dan kernel.
Kemudian nut yang sudah pecah akan dibawa ke LTDS I (light tenera drayer separator) yang befungsi sebagai media pemisahan antara cangkang dan kernel hasil dari pemecahan dari riple mill cangkang yang terpisah di LTDS I akan dibawa ke fiber cyclone sebagai bahan bakar boiler. Cangkang dan kernel yang belum terpisahkan di LTDS I dipisahkan lagi di LTDS II prinsip kerjanya sama dengan LTDS I namun di LTDS II hisapan Blower yang lebih besar.  Cangkang yang terpisahkan akan menuju shell cyclone sebagai bahan bakar boiler, dan kernel akan menuju kernel silo (tempat penyimpanan kernel).  Untuk berat jenis cangkang yang sama dengan berat jenis kernel akan di pisahakan lagi di claybath.
Secara umum proses pemisahan kernel dan cangkang dibagi 2 yaitu (Pardamean. M, 2008) :
1.    Pemisahan kering dengan menggunakan hisapan angin
    Prinsip pemisahan ini berdasarkan perbedaan bentuk dan berat kernel dengan cangkang-cangkang yang pecah karena perbedaan berat jenis (BJ).
2.    Pemisahan Basah
Menggunakan tanah liat (claybath) atau air pusingan (hydrocyclone).
a)    Pemisahan dengan Claybath
    Fungsi dari claybath adalah untuk memisahkan cangkang dan inti sawit pecah yang besar dan beratnya hampir sama. Proses pemisahan dilakukan berdasarkan kepada perbedaan berat jenis. Bila campuran cangkang dan inti dimasukan kedalam suatu cairan yang berat jenisnya diantara berat jenis cangkang dan inti maka untuk berat jenisnya yang lebih kecil dari pada berat jenis larutan akan terapung diatas dan yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam. Kernel memiliki berat jenis lebih ringan dari pada larutan calcium carbonat sedangkan cangkang berat jenisnya lebih besar. Kernel basah yang mempunyai berat jenis 1.07 dengan cangkang yang berat jenisnya 1.30 (Tadisa,2010).

Gambar 3.13 Pemisahan dengan Claybath

Cara pemisahannya yaitu :
1)    Campuran kernel dengan cangkang kemudian dimasukkan kedalam cairan dengan berat jenis 1,20. Kemudian akan memisahkan diri satu sama lain karena kernel dengan berat jenis 1,07 akan mengapung dan naik kepermukaan, sedangkan cangkang yang mempunyai berat jenis 1, 30 akan tenggelam.
2)    Cangkang yang tenggelam dan turun kebagian kerucut tangki pemisah, kemudian terdorong keluar melalui suatu saluran pipa pengeluaran yang terpasang dibawah kompartemen kedua dari ayakan getar. Timbulnya gaya dorong yang menyebabkan cangkang keluar adalah karena adanya selisih ketinggian, dimana perbedaan tinggi permukaannya dapat diatur sedemikian rupa.
3)    Pada ayakan getar, kernel dan cangkang dipisahkan dan dibersihkan dari cairan pemisah yang ikut bersamanya. Kernel yang sudah terpisah dari cangkang akan dia angkut dengan kernel conveyor menuju kernel silo. sedangkan cangkang akan di angkut dengan shell conveyor menuju boiler untuk digunakan sebagai bahan bakar.
b)    Pemisahan dengan Hydrocyclone
        Massa cangkang bercampur inti dialirkan masuk kedalam hydrocyclone yang berfungsi untuk memisahkan antara cangkang dengan inti, cangkang dipakai sebagai bahan bakar ketel uap dan pengerasan jalan, sedangkan inti dialirkan masuk ke kernel dryer untuk proses pengeringan dengan suhu pengeringan 50C, 60C dan 70C selanjutnya akan masuk ke kernel storage.
        Di pabrik PTPN V PKS Sei Pagar digunakan teknik pemisahan kering di LTDS dan pemisahan basah di claybath. Di claybath proses pemisahannya adalah dengan penambahan kaolin (CaCO3). Penggunaan kaolin di pabrik ini dalam seharinya ± 20 karung tergantung berat jenis air yang digunakan. Penggunaan kaolin di pabrik ini pada dasarnya terlalu banyak. Hal ini dikarenakan beberapa faktor sebagai berikut.
1.    Jenis Sawit yang diolah
        Jenis sawit yang kebanyakan diolah di pabrik PTPN V PKS Sei Pagar adalah jenis Tenera dimana cangkangnya tipis, Cangkang yang lebih tebal (dura) akan mengakibatkan konsumsi kaolin semakin meningkat.
2.    Kondisi Alat
        Jika peremukan nuts kurang sempurna, maka cangkang akan sulit terlepas dari kernel.



BAB IV
UTILITAS

4.1 Stasiun Pengolahan Air
Pada pabrik pengolahan kelapa sawit air merupakan kebutuhan yang sangat penting, antara lain digunakan untuk :
a.    Penyediaan air untuk kebutuhan ketel uap (boiler).
b.    Pengolahan dan pengenceran pada stasiun press dan klarifikasi.
c.    Pendingin mesin-mesin.
d.    Membersihkan pabrik dan kebutuhan domestik.
Pada umumnya air yang digunakan berasal dari sungai. Untuk pabrik PTPN V PKS Sei Pagar air yang digunakan diperoleh dari waduk buatan yang sumber airnya bersal dari alam . Tetapi air tersebut belum memenuhi kriteria yang diinginkan. Untuk itu dibutuhkan suatu stasiun pengolahan air (water treatment station).
Water treatment station pada pabrik adalah tempat untuk proses pengolahan air untuk menghilangkan zat-zat yang tidak diperlukan yang terdapat didalam air sesuai dengan kondisi yang diinginkan. Adapun tahapan pengolahan air sebagai berikut :

A.    Clarifier Tank
Clarifier tank merupakan tangki yang berbentuk silinder atau kerucut yang digunakan sebagai tempat penampungan air yang dipompakan dari waduk. Clarifier Tank berfungsi untuk mengendapkan kotoran-kotoran yang tidak larut seperti Lumpur. Sebelum masuk ke clarifier tank, air terlebih dahulu diinjeksi tawas (Al2(SO4)318H2O) dan soda ash (Na2CO3) dengan menggunakan pompa bahan kimia, yang bertujuan untuk menjernihkan dan menaikkan pH air (tengbot.com, 2012).


Gambar 4.1 Tempat Penginjeksian Tawas dan Soda Ash

B.    Sediment Tank
Sediment tank adalah tempat penampungan air dari clarifier tank. Sediment tank berfungsi untuk mengendapkan kotoran yang masih terbawa dari clarifier tank. Pengendapan kotoran terjadi secara gravitasi.
C.    Sand Filter
Sand filter merupakan saringan yang digunakan untuk memisahkan padatan yang tersuspensi yang terdapat pada air dengan melewati media penyaring berupa pasir. Proses penyaringan terjadi karena adanya tekanan pada saringan (tengbot.com, 2012).
Selama operasi zat-zat yang tersuspensi tertahan didalam medium penyaring. Lama kelamaan tekanan akan semakin tinggi, sehingga akan menyebabkan penyumbatan pada penyaring. Oleh karena itu harus dilakukan back wash untuk membersihkan sand filter. Air hasil saringan yang bebas dari padatan selanjutnya dialirkan ke water tower dengan bantuan water treated pump.


D.    Water Tower 
Water tower merupakan tangki persediaan air untuk keperluan boiler, pengolahan, pendingin mesin dan kebutuhan domestik. Khusus untuk boiler, air harus mendapatkan pengolahan lebih lanjut.


Gambar 4.2 Water Tower

4.2  Stasiun Penghasil Uap dan Tenaga Listrik
Unit ini bertujuan menghasilkan steam yang digunakan untuk membangkitkan panas dan tenaga listrik yang dibutuhkan pada proses pengolahan, utilitas dan penerangan. Dimana unit penghasil uap dan tenaga listrik ini terdiri dari :
A.    Boiler
Boiler merupakan serangkaian alat yang berfungsi menghasilkan steam. Steam yang dihasilkan digunakan untuk menggerakkan turbin uap sebagai pembangkit tenaga listrik di pabrik. Tekanan yang dihasilkan/diinginkan adalah 19 - 20 bar dengan suhu 280 oC. Boiler yang digunakan di pabrik PTPN V PKS Sei Pagar adalah boiler jenis pipa air. Bahan bakar boiler adalah cangkang dan fiber yang berasal dari proses. Perbandingan konsumsi penggunaan cangkang dan fiber adalah 70% cangkang : 30% fiber. Penggunaan cangkang yang berlebihan sebagai bahan bakar akan mengakibatkan polusi yang berlebihan dan menyebabkan kerak pada ketel boiler dan kelebihan panas, akan tetapi jika penggunaan cangkang kurang maka efisiensi kerja boiler akan berkurang karna api tidak dapat naik keatas.

Gambar 4.3 Boiler
B.    Turbin Uap (Steam Turbine)
Turbin uap adalah suatu alat yang berfungsi merubah energi uap menjadi energi listrik, dimana turbin memanfaatkan uap sebagai fluida kerja. Energi mekanik yang digunakan menggerakkan generator sehingga menghasilkan energi listrik (id.wikipedia.org, 2012). Di PKS Sei Pagar energi listrik yang di hasilkan adalah sebesar ± 600 Kw dengan frekuensi 50 Hz dengan kecepatan putar turbin harus 5000 rpm, bila kecepatan putar  kurang dari 5000 rpm maka genset yang akan membatu beban dari turbin. Uap bekas yang dihasilkan oleh turbin akan di kirim ke BPV (Box Pressure Vessel). Suhu uap di BPV adalah 130⁰C - 140⁰C dengan tekanan 3 kg/cm2. Norma tekanan uap yang masuk ke turbin adalah 18 – 20 kg/cm2 , bila Tekanannya di bawah norma maka di gunakan sistem pararel dengan bantuan genset supaya tekanan uap yang masuk ke turbin memenuhi syarat norma yaitu 17 kg/cm2 .
C.    Diesel Genset
Diesel genset merupakan alat yang digunakan untuk pembangkit tenaga listrik selain turbin. Alat ini menggunakan solar atau biodiesel sebagai bahan bakar sehingga diesel hanya digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik alternatif jika turbin tidak beroperasi dan sebagai alternatif untuk membantu beban turbin dengan sistem paralel.
4.3  Unit Pengolahan Limbah
Dalam setiap proses pengolahan dari bahan baku menjadi produk pada suatu pabrik selain menghasilkan produk yang bernilai jual, terdapat juga produk samping yang berupa limbah baik padat, cair maupun udara. Limbah-limbah ini jika tidak dilakukan proses penetralisasi akan menyebabkan pencemaran lingkungan yang sangat berbahaya.
Limbah cair yang dihasilkan ditampung di suatu waduk dan digunakan kembali sebagai pupuk pada kebun milik pabrik. Limbah padat seperti fiber dan cangkang digunakan sebagai bahan bakar boiler. Sebagian cangkang lainnya dan tankos dijual. Sedangkan limbah berupa gas dibuang ke udara dengan nilai ambang batas yang telah ditetapkan.

Gambar 4.4 Waduk Limbah Cair
BAB V
TUGAS KHUSUS
MENGHITUNG % OIL LOSSES PADA SLUDGE SEPARATOR TIPE PSAX 510 DENGAN UKURAN NOZLE 1,45 mm
DI PABRIK KELAPA SAWIT
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA V PKS SEI PAGAR

5.1    Latar Belakang
    Sludge separator adalah salah satu alat untuk memisahkan padatan dari cairan, karena itu sludge separator merupakan salah satu unit peralatan yang penting pada stasiun klarifikasi. Fungsi dari sludge separator adalah untuk mengutip minyak yang masih terkandung didalam sludge dengan menggunakan gaya sentrifugal (teknikpertanianunsri07.blogspot.com, 2012). Selain mutu produksi, kehilangan minyak (oil losses) dalam produksi minyak sawit juga sangat mempengaruhi keberlangsungan pabrik kelapa sawit.    
    Kehilangan minyak (oil losses) selalu terjadi dalam setiap proses produksi CPO dan merupakan hal yang biasa jika oil losses tersebut masih dalam batas standar yang ditentukan pabrik. Salah satu stasiun yang mengalami kehilangan minyak adalah stasiun klarifikasi yaitu pada sludge separator, dimana oil losses pada stasiun ini terjadi pada lumpur yang akan dibuang kealiran limbah. Oil losses yang terjadi dapat disebabkan oleh kurangnya efisiensi kerja alat yang digunakan pada proses pengolahan minyak sawit tersebut (teknikpertanianunsri07. blogspot.com, 2012).
    % oil losses adalah perbandingan antara minyak yang didapat dari hasil ekstraksi (% minyak yang didapat) dengan berat sampel basahnya (lumpur yang baru diambil tanpa pengeringan didalam oven). Pabrik PTPN PKS Sei Pagar mempunyai 3 unit alat sluge separator, tetapi dari ke 3 unit tersebut hanya 2 unit yang beroperasi. Standart  % oil losses pada sluge separator di Pabrik PTPN V PKS Sei Pagar harus berada dibawah 0,8 %. Untuk memenuhi standar % oil losses di parbik PTPN V Sei Pagar, perlu dihitung jumlah minyak yang terdapat pada buangan separator.
5.2    Tujuan dan Ruang Lingkup Kerja Praktek
5.2.1    Tujuan
    Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk  Menghitung % Oil Losses pada Sludge Separator di Pabrik PTPN V PKS Sei Pagar   
5.2.2    Ruang Lingkup
    Tugas khusus ini dilaksanakan pada stasiun klarifikasi yaitu menghitung % oil losses pada sludge separator, dengan cara pengamatan dan pengambilan data yang dibutuhkan dalam perhitungan % oil losses sludge separator. Sampel yang dianalisa diambil dari stasiun klarifikasi di unit sludge separator yaitu sludge separator 1 dan 3. Sumber data berasal dari analisa laboratorium dan seluruh data dikumpulkan setiap hari selama 2 hari berturut-turut mulai dari tanggal 2 April 2013 hingga 3 April 2013.
5.3    Tinjauan Pustaka
5.3.1    Proses Pemisahan Zat Secara Umum
    Dalam bidang ilmu kimia dan teknik kimia, proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran senyawa kimia. Sebagian besar senyawa kimia ditemukan dialam dalam keadaan yang tidak murni. Biasanya suatu senyawa kimia berada dalam keadaan tercampur dengan senyawa lain.
    Proses pemisahan suatu campuran dapat dilakukan dengan berbagai metode. Metode yang dipilih bergantung pada fasa komponen penyusunan campuran. Suatu campuran dapat berupa campuran homogen (satu fasa) atau campuran heterogen (lebih dari satu fasa). Proses pemisahan suatu campuran homogen, pada prinsipnya merupakan pemisahan dari terbentuknya suatu fasa baru sehingga campuran menjadi suatu campuran heterogen yang mudah dipisahkan. Fasa baru terbentuk dari adanya perbedaan sifat fisik dan kimiawi masing-masing komponen. Untuk proses pemisahan suatu campuran heterogen, terdapat empat prinsip utama proses pemisahan yaitu sedimentasi, flotasi, sentrifugasi dan filtrasi (alicezah.files.wordpress.com, 2009).
    Komponen-komponen yang terdapat dalam campuran (multifasa) dapat dipisahkan dengan menggunakan beberapa cara (alicezah.files.wordpress.com, 2009):
a.    Dekantasi yaitu pemisahan komponen-komponen dalam campuran dengan cara tuang secara langsung. Dekantasi dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat padat atau zat cair dengan zat cair yang tidak saling campur (suspensi). Contoh sederhana : Pemisahan campuran air dan  pasir.
b.    Kristalisasi yaitu pemisahan komponen-komponen dalam campuran dengan    cara mengkristalkan komponen tercampur dengan cara dipanaskan kemudian didinginkan. Kristalisasi dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat padat yang saling larut. Contoh : Pemisahan campuran air dan garam.
c.    Sublimasi yaitu pemisahan komponen-komponen dalam campuran yang mudah menyublim dengan cara penyubliman melalui pemanasan. Sublimasi dapat dilakukan untuk memisahkan komponen campuran yang mudah menyublim. Contoh : Pemisahan campuran kotoran dalam kapur barus.
d.    Destilasi yaitu pemisahan komponen-komponen dalam campuran yang  didasarkan pada perbedaan titik didih komponan campuran tersebut melalui pemanasan/pendidihan campuran. Destilasi dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat cair yang berbeda titik didihnya. Jika campuran dipanaskan.maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu. Contoh : pemisahan air dengan alkohol. Titik didih air dan alkohol masing-masing 100 oC dan 78 oC, jika campuran    dipanaskan dalam labu destilasi pada suhu 78 oC, maka alkohol akan  menguap sedikit demi sedikit.uap itu akan mengembun dalam pendingin dan  akhirnya didapat alkohol murni.
e.    Kromatografi yaitu pemisahan komponen-komponen dalam campuran yang didasarkan pada perbedaan kecepatan peresapan pada medium resap/adsorben. Contoh : Pemisahan campuran air dengan tinta.  Keberhasilan pemisahan kromatografi bergantung pada daya interaksi komponen-komponen campuran dengan fasa diam dan fasa gerak. Apabila dua atau lebih komponen memiliki daya interaksi dengan fasa diam atau fasa gerak yang hampir sama maka komponen-komponen tersebut sulit dipisahkan.
f.    Evaporasi yaitu proses perubahan molekul didalam keadaan cair (contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air). Umumnya penguapan dapat dilihat dari hilangnya cairan secara berangsur-angsur ketika terpapar pada gas dengan volume signifikan.
g.    Adsorpsi yaitu suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cair maupun gas) terikat pada suatu padatan atau cairan dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film pada permukaannya. Pengikatan molekul fluida pada proses adsorbsi terjadi hanya pada permukaan zat penjerap. Contoh : Adsorpsi pada logam.
h.    Absorpsi yaitu penyerapan fluida oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan. Pengikatan molekul terjadi pada seluruh bagian molekul.
5.3.2    Pemisahan Fasa Padat dan Fasa Cair
    Seperti yang kita ketahui bahwa campuran dibedakan dalam dua jenis, yaitu campuran heterogen dan campuran homogen. Nama lain dari campuran homogen adalah larutan yaitu jika zat padat terlarut dalam zat cair atau gas. Sedangkan nama lain dari campuran heterogen adalah suspensi yaitu jika zat padat tidak terlarut dalam zat cair. Ciri-ciri masing-masing campuran adalah (khairul-anas.blogspot.com, 2012) :

Ciri-ciri larutan :
a.    Tidak ada batas antara zat-zat yang bercampur, karena yang satu terlarut ke yang lain.
b.    Solutnya (zat terlarut) tidak teramati walaupun menggunakan alat.
c.    Tidak terjadi endapan. Campuran ini dapat dipisahkan dengan evaporasi.
Ciri-ciri suspensi adalah :
a.    Ada batas zat-zat yang tercampur karena zat padatnya tidak terlarut.
b.    Ukuran butir-butirnya besar sehingga dapat diamati dengan mata tanpa alat.
c.    Jika didiamkan akan mengendap.

    Proses pemisahan antara padatan dan cairan dipengaruhi oleh masing-masing sifat fisik cairan dan padatan itu sendiri. Sebagian besar aplikasi pemisahan dirancang berdasarkan ukuran partikel seperti filtrasi, ultrafiltrasi dan clarification. Metode pemisahan campuran umumnya dipilih berdasarkan jenis campuran dan zat apa yang akan dipisahkan (khairul-anas.blogspot.com, 2012.
    Ada beberapa cara proses pemisahan untuk fasa padat-cair, diantaranya (bisakimia.com, 2012): Filtrasi, ekstraksi, sentrifugasi dan sedimentasi.
a.    Filtrasi
    Filtrasi adalah pembersihan partikel padat dari suatu fluida dengan melewatkannya pada medium penyaring, atau septum, yang diatasnya padatan akan terendapkan. Range filtrasi pada industri mulai dari penyaringan sederhana hingga pemisahan yang kompleks. Fluida yang difiltrasi dapat berupa cairan atau gas. Aliran yang lolos dari saringan mungkin saja cairan, padatan, atau keduanya. Didalam industri, kandungan padatan suatu umpan mempunyai range dari hanya sekedar jejak sampai persentase yang besar.
Fluida mengalir melalui media penyaring karena perbedaan tekanan yang melalui media tersebut. Penyaring dapat beroperasi pada :
-    Tekanan diatas atmosfer pada bagian atas media penyaring
-    Tekanan operasi pada bagian atas media penyaring
-    Vakum pada bagian bawah
    Tekanan diatas atmosfer dapat dilakukan dengan gaya gravitasi pada cairan dalam suatu kolom.dengan menggunakan pompa, blower dan gaya sentrifugal. Di dalam industry, penyaring gravitasi digunakan pada aliran cairan Kristal kasar, penjernihan air minum dan pengolahan limbah cair. Kebanyakan penyaring di industri adalah penyaring tekan, penyaring vakum atau pemisah sentrifugal.
b.    Ekstraksi
    Ekstraksi padat cair/leaching adalah proses peluruhan bagian yang mudah terlarut (solute) dari suatu padatan dengan menggunakan suatu larutan (yang disebut pelarut/solvent) pada temperatur dan proses alir tertentu. Proses ini dilakukan untuk mengambil bagian penting yang terdapat dalam padatan tersebut, dengan menggunakan larutan yang hanya larut pada bagian yang ingin didapatkan.
c.    Sentrifugasi
Sentrifugasi  merupakan suatu metode yang digunakan dalam pencapaian sedimentasi dimana partikel-partikel yang ada di dalam suatu bahan yang dipisahkan dari fluida oleh gaya sentrifugal yang dikenakan pada partikel. Dalam hal ini, partikel yang dimaksud adalah solid, gas, atau liquid dan fluida.Dalam penggunaan metode sentrifugasi ini, terdapat sebuah alat yang penting. Alat yang diperlukan dalam metode ini adalah sentrifugasi. Metode sentrifugasi dimaksudkan agar segala bentuk pemisahan zat dapat dipercepat. Hal ini sebagai jawaban atas lamanya waktu yang diperlukan dalam proses pemisahan zat jika dengan cara alamiah.
Dalam metode sentrifugasi, prinsip yang digunakan yaitu dimana objek diputar secara horizontal pada jarak radial dari titik tersebut dikenakan gaya. Pada saat objek diputar, partikel-partikel yang ada akan berpisah dan berpencar sesuai dengan berat jenis masing-masing partikel. Gaya yang berperan dalam proses sentrifugasi ini yaitu gaya sentrifugal. Dengan adanya teknik ini, proses pengendapan suatu bahan akan lebih cepat dan optimum dibandingkan dengan menggunakan teknik biasa. Prinsip sentrifugasi ini dapat bekerja optimum jika para pengguna dapat memasukkan nilai RPM dan nilai konsentrasi yang tepat ke dalam alat sentrifugasi.
d.    Sedimentasi
    Sedimentasi adalah proses pemisahan padatan yang terkandung dalam cairan oleh gaya gravitasi.Pada umumnya proses sedimentasi dilakukan setelah proses koagulasi dan flokulasi dimana tujuannya adalah untuk memperbesar partikel padatan sehingga menjadi lebih berat dan dapat tenggelam dalam waktu lebih singkat.
Sedimentasi bisa dilakukan pada awal maupun akhir dari unit sistim pengolahan. Jika kekeruhan dari influent tinggi, sebaiknya dilakukan proses sedimentasi awal didahului dengan koagulasi dan flokulasi, dengan demikian mengurangi beban pada treatment sedangkan sedimentasi kedua terletak pada akhir treatment gunanya untuk memisahkan dan mengumpulkan zat pengotor dari proses sebelumnya.







5.3.3    Sludge Separator
    Sludge separator merupakan salah satu alat untuk memisahkan padatan dari cairan. Fungsi dari sludge separator adalah untuk mengutip minyak yang masih terkandung didalam sludge dengan menggunakan gaya sentrifugal, dimana air dan non oil solid (NOS) dengan berat jenis yang lebih besar dari minyak akan terlempar kearah dinding bowl dikeluarkan melalui nozzle untuk dialirkan ke fat fit, sedangkan minyak akan keluar melalui saluran yang berbeda dan diumpankan kembali ke sand trap tank. Sludge separator dipilih sebagai alat pemisah berdasarkan beberapa pertimbangan diantaranya proses yang berlangsung terus-menerus sehingga tidak ada waktu tinggal dalam alat pemisah dan untuk pemisahan produk cairan dari padatan berkategori baik. Kapasitas sludge separator ditentukan oleh ukuran nozzle yang digunakan (teknikpertanianunsri07.  blogspot.com, 2012). Ukuran nozzle yang dipakai diusahakan sekecil mungkin untuk meminimumkan kehilangan minyak pada drab buang separator.    Pengoperasian sludge separator yaitu dengan cara membuka kran air penuh dengan mengatur kran umpan sludge. Proses pemisahan dalam sludge separator ini ditentukan dengan adanya balance water dan minyak dipompakan keluar melalui paring disc minyak (teknikpertanianunsri07.blogspot.com, 2012).



Gamabar 5.1 Contoh Separator 500










5.4    Metodologi Penelitian
    Dalam melakukan penelitian ini dapat diperoleh berdasarkan percobaan yang dilakukan di laboratorium PTPN V PKS Sei Pagar. Pengambilan sampel dilakukan oleh petugas laboratorium dan penulis, yaitu langsung dari stasiun klarifikasi. Pengambilan sampel (sludge) dilakukan pada saat proses produksi sedang berlangsung di separator 1, 2 ataupun 3  dengan menggunakan wadah kecil sebagai tempat sludge.
    % oil losses yaitu minyak yang masih terdapat pada sludge yang keluar dari sludge separator.
    Rumus untuk menentukan % oil losses atau kadar minyak

                              % Oil Losses = 



5.4.1    Alat dan Bahan
a.    Alat
    Alat yang digunakan dalam mengerjakan tugas khusus adalah :
1.    Timbangan Analitik
2.    Labu Didih
3.    Soxhlet
4.    Cawan Porselin
5.    Oven
6.    Kapas dan Timbel

b.     Bahan
    Bahan yang digunakan adalah :
1.    Normal Heksan.
2.    Sampel dari sludge separator.
5.4.2    Cara Kerja
1.    Sampel diambil dari sludge separator
2.    Sampel dimasukkan ke wadah yang telah diberi tanda.
2.    Sampel dimasukkan ke cawan porselin hingga ± 20 gram (sebelumnya cawan porselin ditimbang terlebih dahulu).
3.    Cawan porselin yang berisi sampel dipanaskan kedalam oven pada suhu 105oC selama 1,5 jam untuk menguapkan air yang terkandung pada sampel.
4.    Sampel yang telah kering ditimbang untuk menghitung berat air yang menguap dan kemudian didinginkan di udara terbuka. Proses pengeringan dalam oven dilakukan beberapa kali sampai diperoleh berat yang konstan.
5.    Sampel kering dihancurkan dan dibalut dengan kapas, selanjutnya dimasukan ke timbel.
6.    Kemudian sampel disokletasi untuk mengekstrak minyak dengan menggunakan pelarut normal heksan.

5.5    Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan penelitian didapatkan berat NOS, berat minyak, dan berat air pada sampel dari sludge separator 1, 2 dan 3 sebagai berikut.

Tabel 5.1 Hasil Analisa Sampel Dari Sludge Separator 1
Analisa    Sludge Separator I
    2/4/2013    3/4/2013
Berat sampel (gr)    16,5206    13,2760
Berat NOS (gr)    0,5854    0,5576
Berat minyak (gr)    0,1476    0,1434
Berat air (gr)    15,7876    12,575







Tabel 5.2 Hasil Analisa Sampel Dari Sludge Separator 2
Analisa    Sludge Separator 2
    2/4/2013    3/4/2013
Berat sampel (gr)    15,3544    17,1102
Berat NOS (gr)    0,5417    0,208
Berat minyak (gr)    0,5197    0,4019
Berat air (gr)    14,563    16,5003







Tabel 5.3 Hasil Analisa Sampel Dari Sludge Separator 3
Analisa    Sludge Separator 3
    2/4/2013    3/4/2013
Berat sampel (gr)    12,8822    12,7774
Berat NOS (gr)    0,6030    0,4426
Berat minyak (gr)    0,1850    0,1576
Berat air (gr)    12,0942    12,1772






Dari hasil analisa tersebut dapat kita hitung kadar NOS, Minyak, dan Air pada masing-masing separator sebagai berikut.
Kadar air  =  
Kadar NOS  =  
Oil losses  =  




Tabel 5.4 Kadar NOS, Kadar Air, Dan Oil Losses Pada Separator 1
Analisa    Sludge Separator I
    2/4/2012    3/4/2012
Berat sampel (gr)    16,5206    13,276
Kadar NOS (%)    3,5434    4,2006
Oil losses (%)    0,8934    1,0801
Kadar air (%)    95,56211    94,7197








Gambar 5.1 Oil Losses, Kadar Air Dan Kadar NOS Pada Separator 1








Tabel 5.5 Kadar NOS, Kadar Air, Dan Oil Losses Pada Separator 2
Analisa    Sludge Separator 2
    2/4/2013    3/4/2013
Berat sampel (gr)    15,3544    17,1102
Kadar NOS (%)    3,5279    1,2156
Oil losses (%)    1,0400    2,3488
Kadar air (%)    95,4319    96,4354








Gambar 5.2 Oil Losses, Kadar Air Dan Kadar NOS Pada Separator 2








Tabel 5.6 Kadar NOS, Kadar Air, Dan Oil Losses Pada Separator 3
Analisa    Sludge Separator 3
    2/4/2013    3/4/2013
Berat sampel (gr)    12,8822    12,774
Kadar NOS (%)    4,6808    3,4639
Oil losses (%)    1,4360    1,2334
Kadar air (%)    93,8330    95,3026
   

Gambar 5.3 Oil Losses, Kadar Air Dan Kadar NOS Pada Separator 3






Kadar minyak pada hasil analisa tersebut merupakan % Oil Losses tiap harinya. Jadi Rata-Rata % Oil Losses pada masing-masing Sludge Separator adalah :
Sludge Separator 1     :  
Sludge Separator 2     :  
Sludge Separator 3     :   

Dari tabel dan gambar dapat kita lihat Oil losses tertinggi separator 1 terjadi pada tanggal 3 April 2013 yaitu sebanyak 1,0801%, sedangkan pada separator 2 terjadi pada tanggal 3 April 2013 sebanyak 2,3488%,  sedangkan pada separator 3 oil losses tertinggi pada tanggal 2 April 2013 yaitu sebanyak 2,3460%.               Secara umum kadar oil losses rata-rata pada ketiga separator tersebut berada diatas ambang batas yaitu 0,80%. Dengan demikian dapat dikatakan ketiga separator tersebut harus lebih di perhatikan dalam perwatan untuk setiap hari dan minggunya, dalam 5 jam sehari harus dilakukan pencucian nozzle, apa bila diameter nozzle yang di pakai sudah tidak standar lebih baik dilakukan pergantina nozzle yang baru atau perwatan yang optimal, supaya oil losses tidak melampaui batas norma pabrik.








BAB VI
PENUTUP

6.1    Kesimpulan
    Dari hasil kerja praktek di pabrik PTPN V PKS Sei Galuh didapatkan kesimpulan sebagai berikut.
1.    TBS yang diolah di pabrik PTPN V PKS Sei Pagar dimanfaatkan secara maksimal baik itu hasil produksi maupun limbahnya sehingga tidak ada bagian yang terbuang percuma.
2.    Dari hasil penelitian di laboratorium PTPN V PKS Sei Pagar didapatkan separator 1 pada tanggal 3 April 2013 dengan oil losses 1,0801%, sedangkan pada separator 2 pada tanggal 3 April 2013 dengan oil losses 2,3488%,  sedangkan pada separator 3 oil losses tertinggi pada tanggal 2 April 2013 yaitu sebanyak 2,3460%. Secara umum kadar oil losses rata-rata pada ketiga separator tersebut berada diatas ambang batas yaitu 0,80%.  Hal ini menunjukkan sludge separator yang digunakan di PTPN V Sei Pagar sudah melewati batas norma. Oleh karena itu harus segera di tindak lanjuti agar oil losses tidak tinggi.
3.    Lakukan pencucian dan pemeriksaan nozzle agar oil losses tidak tinggi (minimal sesuai dengan norma).

6.2    Saran
1. Penggunaan sefty harus lebih diperhatikan, agar pencapaian K3 (keselamatan, kesehatan, kenyamanan) lebih optimal.
2.  Pada separator perawatan lebih diperhatikan, agar oil losses tidak melebihi norma pabrik.




DAFTAR PUSTAKA


Direktorat Jendral Perkebunan., (2010), ”Kelapa Sawit”, http://ditjenbun.   deptan.go.id April 2007.  
Baihaki., (2011), ”pengolahan limbah cair PTPN V Sei Pagar”, Universitas Riau.
http://surgapetani.blogspot.com/2012/11/threshing-station.html/
Tadisa, (2010), “oil losses separator PTPN V Sei Galuh”, Universitas riau
http://alicezah.files.wordpress.com/2009/05/microsoft-word-pemisahan-camp.pdf
http://assyifahrefnaregar.wordpress.com/2012/04/
http://bisakimia.com/2012/12/04/macam-macam-pemisahan-campuran/
http://id.wikipedia.org/wiki/Turbin_uap2012
http://khairul-anas.blogspot.com/2012/05/perbandinganperbedaan-sifat-larutan.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20773/4/Chapter%2011.pdf
http://tengbot.com/model-3d-clarifier-water-tank2012.html
http://unri.ac.id/jurnal/jurnal_natur/vol6(2)/Khairat.pdf/2003
http://www.scribd.com/doc/66532514/14/2011/Stasiun-Pengolahan-Biji-Kernel-Plant
Hui.Y.H. 1996, “Bailey’s Industrial Oil & Fat Products”. vol 5
Ketaren.S, 2005, “Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan”. Jakarta: Universitas Indonesia
Pardamean, M. 2008. Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. Jakarta: Agromedia
Rinaldo B., (2011), “Analisa Mutu Minyak Sawit (CPO) di PT.Perkebunan Nusantara V sei Galuh”, Laporan Kerja Praktek, program studi DIII teknik kimia, Universitas Riau, Pekanbaru.
 
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

jangan lupa komen lagi ya brow dan kritik sarannya

MyUpload.org"
MyUpload.org"
Pasang Iklan Di Sini

Website saya nilai
Rp 2.25 JutaCP:087893680267

Flag Counter
 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Coretanku - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger